PERTUMBUHAN MIKROBA DAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar organism dengan lingkungan maupun
dengan antar individu. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan – tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem. Ekologi juga mempelajari perpindahan energy dan materi serta
perubahan populasi pada waktu yang berbeda dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
A. PERTUMBUHAN
MIKROBA
Mikroorganisma
dikatakan tumbuh, bukanlah sel-selnya bertambah besar atau bertambah panjang, akan tetapi pertambahan
jumlah individu-individu sehingga membentuk suatu koloni ataupun suatu populasi
yang terdiri dari berates-ratus sampai beribu-ibu individu. Populasi mikroorganisma
dapat menjadi besar sekali dalam jangka waktu yang relative singkat dan
pertumbuhan mikroorganisma yang tidak dapat dikendalikan, dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang serius dan juga dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan
atau pembusukan pada bahan-bahan makanan. Contoh mikroorganisma pembusuk
makanan adalah Pseudomonas cocovenenans
dan Clostridium botulinium
B. FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
MIKROBA
Kebutuhan
mikroorganisma untuk pertumbuhan mikroorganisma dapat dibedakan menjadi 2
kategori, yaitu: kebutuhan fisik dan kebutuhan kemis. Aspek-aspek fisik dapat
mencakup suhu, pH dan tekanan osmotik, sedangkan kebutuhan kemis meliputi air,
sumber karbon, nitrogen, oksigen, mineral-mineral dan factor penumbuh.
Aspek-aspek ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan mikroba. Apabila
jumlah dari aspek-aspek ini kurang ataupun lebih maka dapat mempengaruhi bahkan
menghambat pertumbuhan mikroba tersebut.
1.
Faktor
fisik
a.
Suhu
(temperature)
Mikroorganisma dapat tumbuh dengan baik pada suhu
normal, dan tidak banyak berbeda dengan hewan-hewan yang lebih tinggi tingkatannya.
Akan tetapi mikroba tertentu mampu hidup pada suhu yang rendah sekali dan ada
juga yang tahan hidup pada suhu yang sangat tinggi, pada suhu tertentu, yang
dapat menghambat kehidupan kebanyakan makhluk hidup yang lebih tinggi
tingkatannya.
Berdasarkan atas suhu yang paling sesuai untuk
pertumbuhan, mikroorganisma dapat di bagi menjadi:
1. Mikroorganisma
psikrofil, yaitu mikroorganisma yang
suka hidup pada suhu yang dingin, suhu optimumnya kira-kira 150C dan
suhu maksimumnya kira-kira 200C. Contoh mikroorganisma ini adalah Pseudomonas, flavobacterium, Gallinella, Micrococcus dan Bacillus polymix.
2. Mikroorganisma
mesofil, yaitu mikroorganismayang
menyukai suhu yang sedang, mikroorganisma mesofil mempunyai suhu optimum yang
berkisar antara 20-500C (Atlas, 1984, hal. 128), sedangkan menurut
Tortora, 1989, hal. 153, suhu optimum mikroorganisma ini berkisar antara 25-400C.
mikroorganisma ini merupakan kelompok mikroorganisma yang paling umum dijumpai.
Contoh mikroorganisma ini adalah bakteri Escherichia
coli, yang mempunyai suhu optimum 370C, sama dengan suhu tubuh
manusia. Selain itu Clostridium botulinum
juga termasuk dalam golongan ini. Banyak dari mikroba ini yang memiliki sifat
pantogen.
3. Mikroorganisma
termofil, yaitu mikroorganisma yang
menyukai suhu yang tinggi, sering tumbuh pada suhu diatas 400C.
Banyak dari mikroorganisma ini yang mempunyai suhu optimum antara 50-600C.
Contoh mikroorganisma ini adalah Bacillus
strearothermophilus, yang dapat tumbuh pada suhu 400C. Bakteri
ini menyebabkan busuk asam pada makanan kaleng berasam rendah. Bakteri termofil
lainnya, yaitu Clostridium thermosacca-rolyticum
yang menyebabkan penggembungan kalengkarena memproduksi CO2 dan H2,
sedangkan kebusukan sulfide disebabkan oleh Clostridium
nigridicans. Contohn lain adalahn Bacillus
coagulans dan Bacillus subtilis.
b.
Derajat
keasaman (pH)
Seperti halnya dengan faktor-faktor lingkungan
lainnya, kebanyakan mikroorganisma mempunyai pH optimum untuk pertumbuhannya.
Misalnya, mikroorganisma pathogen pada manusia akan tumbuh paling baik pada pH
7,5 (mendekati pH darah manusia). Mikroorganisma yang hidup di saluran
pencernaan makanan, yang pHnya selalu berubah-ubah, juga akan menyesuaikan
hidupnya pada pH lingkungan hidup ini. Kebanyakan bakteri dapat hidup paling
cocok atau paling baik, pada pH antara 6,5-7,5. Kita sangat jarang sekali
menjumpai adanya mikroorganisma yang dapat hidup pada pH di bawah 4. Tapi
sebaliknya yeast dan jamur (mold), mempunyai pH optimum yang sedikit lebih
rendah yaitu antara 4 dan 6.
c.
Tekanan
osmotic
Mikroorganisma membutuhkan air untuk pertumbuhan. Apabila ssuatu sel mikroorganisme berada dalam suatu larutan yang berkonsentrasi lebih besar dari konsentrasi cairan sel, maka air yng terdapat di dalam sel akan merembes melalui membrane sitoplasma kearah larutan yang konsentrasinya lebih tinggi. Mikroorganisme yang dapat menyesuaikan hidupnya pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi laruta garam yang tinggi, disebut halofilik. Sedangkan mikroorganisma yang membutuhkan lingkungan dengan tekanan osmotis yang tinggi disebut mikroorganisma osmofilik. Contoh mikroorganisma yang bersifat osmofilik adalah sejenis jamur Xeromyces yang mempunyai aw optimum kira-kira 0.9.
Ada pula bakteri yang disebut fakultatif halofilik. Mikroba ini tidak membutuhkan lingkungan yang memiliki konsentrasi garam tinggi, namun mampu hidup dan tahan akan lingkungan yang memiliki konsentrasi garam tinggi. Sedangkann mikroba obligat halofilik adalah sebutan untuk mikroba yang dapat hidup pada lingkungan dengan konsentrasi garam diatas 15%. Contoh dari mikroba ini adalah Halobacterium halobium.
Mikroorganisma membutuhkan air untuk pertumbuhan. Apabila ssuatu sel mikroorganisme berada dalam suatu larutan yang berkonsentrasi lebih besar dari konsentrasi cairan sel, maka air yng terdapat di dalam sel akan merembes melalui membrane sitoplasma kearah larutan yang konsentrasinya lebih tinggi. Mikroorganisme yang dapat menyesuaikan hidupnya pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi laruta garam yang tinggi, disebut halofilik. Sedangkan mikroorganisma yang membutuhkan lingkungan dengan tekanan osmotis yang tinggi disebut mikroorganisma osmofilik. Contoh mikroorganisma yang bersifat osmofilik adalah sejenis jamur Xeromyces yang mempunyai aw optimum kira-kira 0.9.
Ada pula bakteri yang disebut fakultatif halofilik. Mikroba ini tidak membutuhkan lingkungan yang memiliki konsentrasi garam tinggi, namun mampu hidup dan tahan akan lingkungan yang memiliki konsentrasi garam tinggi. Sedangkann mikroba obligat halofilik adalah sebutan untuk mikroba yang dapat hidup pada lingkungan dengan konsentrasi garam diatas 15%. Contoh dari mikroba ini adalah Halobacterium halobium.
Kepekaan atau sensifitas mikroorganisme terhadap
konsentrasi garam berbeda-beda, bergantung jenisnya. Kebanyakan mikroba tidak
mampu melakukan adaptasi fisiologis dan tidak toleran terhadap konsentrasi
garam yang tinggi.
2.
Faktor
Kimia
Selain kebutuhan fisik, mikroba juga membutuhkan
unsur – unsur kimia dalam pertumbuhannya. Unsur-unsur tersebut antara lain :
a. Air
Pada umumnya mikroba mengandung 90% air dalam tubuhnya. Spora – spora yang lebih resistan diperkirakan jumlah airnya lebih sedikit lagi. Air berperan sebagai bahan pelarut pada reaksi –reaksi metabolisme . Jumlah air yang diperlukan oleh setiap individu mikroba bergantung pada jenis mikrobanya. Air dalam substrat makanan yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba umumnya dinyatakan dengan istilah water activity (aw), yaitu suatu indeks yang menyatakan perbandingan tekanan uap air dari larutan dengan tekanan uap air murni pada suhu yang sama. Setiap mikroba memiliki aw optimum , minimum dan maksimum.
b. Karbon
Karbon merupakan penyusun senyawa – senyawa organik . Senyawa – senyawa inilah yang menyusun sel makhluk hidup. Mikroba yang tergolong kemoheterotrof, memperoleh karbon dari sumber energy berupa bahan – bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lipid. Sumber karbon bagi mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak , protein, asam amino, asam organik, garam asam organik, polialkohol dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas CO2
c. Oksigen
Untuk menghasilkan energy mikroba melakukan respirasi, yang merupakan proses – proses reaksi kimia yang merombak molekul – molekul organik berpotensial tinggi menjadi molekul senyawa organik yang lebih sederhana dengan melepaskan energy. Zat yang digunakan dalam proses tersebut dapat berupa oksigen atau senyawa- senyawa lain, yang bergantung pada jenis mikroba.
a. Air
Pada umumnya mikroba mengandung 90% air dalam tubuhnya. Spora – spora yang lebih resistan diperkirakan jumlah airnya lebih sedikit lagi. Air berperan sebagai bahan pelarut pada reaksi –reaksi metabolisme . Jumlah air yang diperlukan oleh setiap individu mikroba bergantung pada jenis mikrobanya. Air dalam substrat makanan yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba umumnya dinyatakan dengan istilah water activity (aw), yaitu suatu indeks yang menyatakan perbandingan tekanan uap air dari larutan dengan tekanan uap air murni pada suhu yang sama. Setiap mikroba memiliki aw optimum , minimum dan maksimum.
b. Karbon
Karbon merupakan penyusun senyawa – senyawa organik . Senyawa – senyawa inilah yang menyusun sel makhluk hidup. Mikroba yang tergolong kemoheterotrof, memperoleh karbon dari sumber energy berupa bahan – bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lipid. Sumber karbon bagi mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak , protein, asam amino, asam organik, garam asam organik, polialkohol dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan gas CO2
c. Oksigen
Untuk menghasilkan energy mikroba melakukan respirasi, yang merupakan proses – proses reaksi kimia yang merombak molekul – molekul organik berpotensial tinggi menjadi molekul senyawa organik yang lebih sederhana dengan melepaskan energy. Zat yang digunakan dalam proses tersebut dapat berupa oksigen atau senyawa- senyawa lain, yang bergantung pada jenis mikroba.
- Mikroba yang aerob :
Mikroba yang aerob membutuhkan adanya oksigen untuk
metabolismanya. Pada mekanisme respirasi, mikroba dapat menggunakan oksigen
sebagai akseptor electron atau akseptor hydrogen. Mikroba jenis ini hanya dapat
hidup apabila ada oksigen untuk melangsungkan oksidasi biologis.
- Mikroba yang anaerob :
Mikroba yang termasuk golongan anaerob, tidak dapat
menggunakan O2 bebas sebagai akseptor electron, bahkan adanya
oksigen dapat menghambat pertumbuhan mikroba tersebut. Mikroba jenis ini dapat
hidup dengan melakukan respirasi anaerob dimana ion- ion anorganik seperti NO3
dan SO4 yang berperan sebagai akseptor electron atau akseptor
hydrogen. Mikroba ini dapat diracuni dengan adanya oksigen karena tidak
memiliki enzim katalase dan super – super dismutase yang diperlukan untuk
menguraikan senyawa hydrogen peroksida dan ion – ion superoksida yang bersifat
racun.
- Mikroba yang fakultatif anaerob :
Mikroba yang termasuk jenis ini dapat menyesuaikan
hidupnyapada lingkungan yang tidak mengandung oksigen. Apabila oksigen
terdapatpada lingkungan hidupnya, maka jasad ini dapat tumbuh dengan
memanfaatkan oksigen tersebut. Akan tetapi bila tidak terdapat oksigen maka
mikroba jenis ini dapat melangsungkan fermentasiatau respirasi anaerob.
- Mikroba yang mikroaerofil :
Mikroba yang termasuk golongan mikroaerofil tidak
dapat hidup dalam suasana aerob maupun anaerob dengan sempurna. Hal tersebut
dikarenakan oksigen bebas hanya diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Beberapa mikroba yang dikenal sebagai mikroaerofil membutuhkan oksigen serta dapat menghambat pertumbuhan maksimal pada
pengurangan konsentrasi oksigen , namun konsentrasi oksigen yang lebih tinggi
dapat menjadi racun bagi organism ini. Sebagai akibat dari toksisitas oksigen,
pada umumnya mikroba ini memiliki sistem enzim yang dapat mengurangi pengaruh
racun oksigen.
d.
Karbondioksida
Kebutuhan jumlah karbondioksida
pada setiap mikrobaba berbeda – beda bergantung kepada jenis mikroba tersebut.
Mikroba autotrof, membutuhkan CO2 dalam jumlah besar karena CO2
merupakan satu – satunya sumber karbon. Pengikatan CO2 ini
memerlukan energy dan sumber electron. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah
reaksi biosintesis. Peniadaan karbondioksida secara menyeluruh sering kali
menangguhkan dan menghambat pertumbuhan mikroba.
e.
Nitrogen,
Sulfur dan Fosfor
Nitrogen, sulfur dan fosfor
dibutuhkan untuk pembentukan protein dan sintesis DNA maupun RNA. Nitrogen,
Sulfur dan Fosfor terdapat dalam sel kira – kira 18% dari berat kering selnya,
dimana 15% dari jumlah ini merupakan nitrogen.
Kebanyakan organisme memiliki
kemampuan untuk mengasimilasi N2 secara reduksi melalui NH3,
yang disebut fiksasi nitrogen. Proses ini membutuhkan sejumlah besar energy
metabolik. Sumber nitrogen yang paling lazim untuk mikroba adalah garam-garam
ammonium. Beberapa mikroba lain memerlukan asam amino sebagai sumber nitrogen
Seperti nitrogen, sulfur adalah
komponen dari banyak substansi organik sel.. Belerang merupakan penyusun
struktur beberapa koenzim dan rantai samping protein. Kebanyakan mikroba dapat
menggunakan sulfat sebagai sumber belerang. Beberapa mikroba juga dapat
mengasimilasi H2S secara langsung dari medium pertumbuhan.
Fosfor dibutuhkan sebagai
komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti NAD, NADP dan flavin.
Selain itu banyak metabolit, lipid, komponen dinding sel, beberapa polisakarida
kapsul dan beberapa protein yang menjadikan fosfor sebagai komponen penyusunnya.
Fosfor selalu diasimilasi sebagai fosfat anorganik bebas.
f.
Mineral
– mineral
Mineral – mineral utama yang
dibutuhkan oleh mikroba antara lain : N, P, C, O dan H. Unsur – unsur lain yang
juga dibutuhkan antara lain : K, Ca, Mg, Na, S dan Cl. Unsur – unsure berikut
ini dibutuhkan dalam jumlah kecil namunharus tetap dipenuhi adalah Fe, Cu, Mo,
Zn.
Selain berfungsi sebagai penyusun
sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmosis, kadar ion dan
potensial oksidasi reduksi medium. Mineral juga dibutuhkan untuk fungsi enzim.
g.
Faktor
Penumbuh
Faktor penumbuh adalah merupakan factor
–faktor yang diperlukan oleh mikroba dalam pertumbuhannya. Dalam hal ini factor
tersebut berupa senyawa organik. Senyawa – senyawaini dibutuhkan namun dalam
jumlah yang sangat kecil. Faktor penumbuh ini antara lain vitamin dan asam
amino. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh
digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein, basa nitrogen,
sebagai penyusun asam nukleat dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian
aktif enzim. Ada beberapa mikroba yang dapat menghasilkan factor penumbuhnya
sendiri, antara lain : Escherechia Coli,
dapat menghasilkan asam folat, Microccus dapat
menghasilkan vitamin B kompleks. Mikroba yang tidak dapat menghasilkan factor
penumbuhnya sendiri mensitesis dari nutrisi yang didapatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Taringan, Jeneng. 1988.
Pengantar Mikrobiologi. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Schlegel, Hans G. &
Schmidt, Karin. 1984. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Komentar
Posting Komentar